Paus ternyata memiliki peran memerangi pemanasan global yang mulai mengkhawatirkan. Kotoran hewan bertubuh besar ini ternyata bisa membantu penyerapan karbondioksida dari atmosfer.
Setidaknya, itulah kesimpulan yang diyakini peneliti Australia.
Hasil peneletian yang dilakukan Divisi Antartika Australia menunjukkan kotoran paus yang kaya zat besi secara alamiah merupakan pupuk alami di permukaan air laut dan membantu penyerapan lebih banyak karbondioksida di udara ke dalam laut.
Tumbuh-tumbuhan menyenangi hal ini dan ini merupakan salah satu cara menghilangkan karbon dari atmosfer, jelas peneliti antartika Steve Nicol seraya menambahkan kotoran paus itu berbentuk gumpalan dan cairan seperti dilansir dari Portal MI.
Populasi besar darin paus ballin dan kril-- makanan paus--akan meningkatkan produktivitas ekosistem samudera di selatan bumi. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan daya serap karbondioksida, zat yang dinilai sebagai biang kerok pemanasan global.
Samudera di selatan bumi diketahui memang memiliki zat besi yang terbatas. Hasil penelitian menunjukkan dengan menambahkan zat besi di permukaan air laut, akan membantu terbentuknya fitoplankton yang dibutuhkan ganggang.
Zat besi yang dikandung ganggang memang berada di permukaan laut. Namun hujan yang turun akan membawa zat besi tersebut ke dalam laut dan menjadi makanan kril yang merupakan makanan utama paus.
“Kotoran paus memiliki konsentrasi zat besi 10 juta kali lipat dibanding zat besi yang ada di permukaan air laut. Sistem ini beroperasi pada tingkat tinggi. Interaksi antara kril, paus, dan ganggang merupakan sistem mempertahankan diri, jelas Nicol.
Namun peneletin ini belum mengetahui berapa banyak kotoran paus yang dibutuhkan untuk bisa mendatangkan dampak signifikan terhadap samudera di selatan bumi.
Setidaknya, itulah kesimpulan yang diyakini peneliti Australia.
Hasil peneletian yang dilakukan Divisi Antartika Australia menunjukkan kotoran paus yang kaya zat besi secara alamiah merupakan pupuk alami di permukaan air laut dan membantu penyerapan lebih banyak karbondioksida di udara ke dalam laut.
Tumbuh-tumbuhan menyenangi hal ini dan ini merupakan salah satu cara menghilangkan karbon dari atmosfer, jelas peneliti antartika Steve Nicol seraya menambahkan kotoran paus itu berbentuk gumpalan dan cairan seperti dilansir dari Portal MI.
Populasi besar darin paus ballin dan kril-- makanan paus--akan meningkatkan produktivitas ekosistem samudera di selatan bumi. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan daya serap karbondioksida, zat yang dinilai sebagai biang kerok pemanasan global.
Samudera di selatan bumi diketahui memang memiliki zat besi yang terbatas. Hasil penelitian menunjukkan dengan menambahkan zat besi di permukaan air laut, akan membantu terbentuknya fitoplankton yang dibutuhkan ganggang.
Zat besi yang dikandung ganggang memang berada di permukaan laut. Namun hujan yang turun akan membawa zat besi tersebut ke dalam laut dan menjadi makanan kril yang merupakan makanan utama paus.
“Kotoran paus memiliki konsentrasi zat besi 10 juta kali lipat dibanding zat besi yang ada di permukaan air laut. Sistem ini beroperasi pada tingkat tinggi. Interaksi antara kril, paus, dan ganggang merupakan sistem mempertahankan diri, jelas Nicol.
Namun peneletin ini belum mengetahui berapa banyak kotoran paus yang dibutuhkan untuk bisa mendatangkan dampak signifikan terhadap samudera di selatan bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar